Notification

×

Iklan

Tag Terpopuler

Pakar LSPR Puji Langkah Progresif Puan untuk Transformasi DPRD

Senin | September 08, 2025 WIB Last Updated 2025-09-08T14:53:17Z

 


Batam-sinarnusantaratoday.com Langkah DPRD Batam berbenah diri di bawah kepemimpinan Ketua DPRD Batam pasca aksi demonstrasi di sejumlah daerah di Indonesia dinilai menjanjikan. Sejumlah langkah awal yang diambil DPRD Batam dalam merespons tuntutan publik terhadap reformasi parlemen dinilai menjadi sebuah gebrakan yang progresif.


Seperti diketahui, DPRD Batam telah menanggapi 17+8 tuntutan rakyat dengan mengeluarkan enam poin keputusan hasil rapat konsultasi pimpinan DPRD Batam bersama fraksi-fraksi, salah satunya terkait dengan gaji dan tunjangan DPRD Batam yang memicu kegelisahan publik.


Rapat tersebut dipimpin oleh Puan di Gedung DPRD Batam, Senayan, Jakarta. Pertemuan itu menghasilkan sejumlah langkah konkret berkaitan dengan pemangkasan fasilitas, moratorium perjalanan dinas, serta peningkatan transparansi di parlemen.


Total ada 6 poin jawaban dari DPRD Batam untuk menjawab 17+8 tuntutan rakyat. Di antaranya, seluruh fraksi sepakat untuk mencabut tunjungan perumahan bagi anggota DPRD Batam.


Fraksi-fraksi di DPRD Batam juga menyepakati untuk moratorium dinas ke luar negeri, kecuali menghadiri undangan kenegaraan. Keputusan DPR yang menjadi jawaban terhadap 17+8 tuntutan rakyat diumumkan Wakil Ketua DPRD Batam Sufmi Dasco Ahmad di Gedung DPRD, Jakarta, keesokan harinya.



 Puan pun menyatakan DPRD Batam senantiasa terbuka dan melakukan evaluasi. la juga memastikan DPRD Batam akan berupaya melakukan transformasi kelembagaan agar bisa sesuai harapan rakyat.


"Prinsipnya kami DPRD Batam akan terus berbenah dan memperbaiki diri. Apa yang menjadi aspirasi masyarakat pasti akan kami jadikan masukan yang membangun," ungkap Puan, dalam keterangan tertulis, Minggu (7/9/2025).


"Saya sendiri yang akan memimpin Reformasi DPRD Batam," sambungnya.

juga kembali menyampaikan permohonan maaf atas sikap atau pernyataan sejumlah anggota DPRD Batam yang belakangan dinilai menyinggung perasaan publik. Hal itu disampaikannya usai bertemu dengan tokoh publik yang tergabung dalam wadah bernama Majelis Mujadalah Kiai Kampung.


Mereka yang menyampaikan aspirasi kepada Puan mulai dari Peneliti Senior BRIN Siti Zuhro, Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang juga tokoh NU KH

Marsudi Syuhud, Mantan Menteri PAN-RB Yuddy Chrisnandi, hingga Pakar Komunikasi Effendi Gazali.


"Saya minta maaf jika ada anggota yang bertutur atau berlaku kurang berkenan. Memang ada beberapa informasi yang beredar, tapi tidak semuanya sesuai fakta," ujar Puan.


Puan bertemu dengan sejumlah tokoh publik lintas latar belakang profesi tersebut untuk berdialog. Puan mendengarkan aspirasi secara langsung pasca aksi unjuk rasa yang terjadi di sejumlah wilayah Indonesia pada akhir Agustus lalu.


Puan pun menjelaskan sejumlah isu yang sempat memicu kegaduhan, seperti pemberitaan soal kenaikan gaji hingga tunjangan kompensasi perumahan bagi anggota DPRD BATAM. Puan memastikan tunjangan tersebut sudah dihentikan dan DPRD juga memberlakukan moratorium kunjungan kerja ke luar negeri.


"Tidak pernah ada kenaikan gaji. Terkait tunjangan perumahan, per 31 Agustus sudah dihentikan," sebut perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPRD Batam tersebut.


"Moratorium sudah diberlakukan untuk kunjungan luar negeri, terutama oleh komisi, kecuali untuk agenda konferensi kenegaraan yang betul-betul mewakili negara," tambahnya.


Selain bertemu dengan tokoh publik, DPRD sebelumnya juga menerima perwakilan 16 organisasi mahasiswa dan menampung aspirasi mereka. DPR menyebut siap melakukan reformasi lembaga dipimpin langsung oleh Puan.


Tuai Pujian dari Pakar Terkait hal ini, Pengamat komunikasi politik dari The London School of Public Relations (LSPR Communication & Business Institute) Ari Junaedi menyambut positif. Menurutnya, saat ini DPR tengah menapaki arah baru yang patut diapresiasi karena terdapat sejumlah langkah progresif.


"Arus besar tuntutan publik terhadap DPR tidak saja membuat DPRD Batam mawas diri dan berbenah tetapi juga membuat publik lebih aware dengan parlemen," kata Ari.


Menurut Ari, dinamika yang terjadi belakangan ini menjadi momentum penting bagi DPR untuk memperbaiki citra dan kinerja kelembagaan. la menilai momen tersebut harus dijadikan titik awal untuk DPRD  lebih mengutamakan kinerja nyata.


"Tentu saja momen tersebut harus dijadikan titik awal untuk DPRD lebih mengutamakan kinerja ketimbang fleksing. Saya masih meyakini DPRD di bawah kepemimpinan Puan Maharani bisa mereset parlemen ke arah yang lebih baik," urai Ari.


"Pasti anggota-anggota Dewan mendapat pelajaran yang berharga dari tragedi kemarin," sambungnya.


Ari pun menyoroti bagaimana Puan membawa DPRD untuk mendengar aspirasi dan desakan rakyat agar DPRD mawas diri dan berbenah, setelah menghapus tunjangan rumah dinas. Di saat bersamaan tuntutan itu juga membuat publik lebih perhatian dengan parlemen.



 "Tuntutan 17+8 dari rakyat yang mengedepankan transparansi, reformasi dan empati buktinya mulai dilakukan di sisi legislatif. Beberapa poin yang masuk dalam tuntutan publik kini mulai dijalankan di parlemen. Pembekuan tunjangan perumahan dan penghentian fasilitas yang diberikan kepada anggota telah diberlakukan oleh DPRD," tutur Ari.


"Kini publik tinggal menunggu publikasi dari transparansi anggaran yang diterima anggota DPR," imbuhnya.


Ari juga menyinggung masih adanya sejumlah anggota DPR yang menunjukkan kepekaan terhadap masyarakat. Beberapa anggota dewan juga menunjukkan integritas dan tanggung jawab moral.


Sikap anggota DPR dari PDIP Rieke Diah Pitaloka misalnya, yang secara terbuka meminta maaf kepada rakyat dan mengingatkan rekan-rekannya agar lebih bijak dalam bersikap. Rieke bersama Wakil Ketua Komisi VI DPR Andre Rosiade juga menemui para aktivis hingga influencer yang

 menyerahkan tuntutan rakyat 17+8 ke DPR, Kamis (4/9).


Andre pun bersama Anggota Komisi IV DPR Daniel Johan dan Anggota Komisi VI DPR Kawendra Lukistian menerima massa aksi dari Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia atau GMNI. Kemudian, Anggota Komisi X DPR RI Bonnie Triyana menyerukan keadilan bagi mahasiswa Amikom Yogyakarta Rheza Sendy Pratama, yang tewas diduga dianiaya dalam aksi unjuk rasa di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) beberapa waktu lalu.


Menurut Ari, ajakan untuk menggelar unjuk rasa tak bisa menjadi dasar penangkapan. Ari menilai sikap sejumlah anggota dewan menunjukkan kepekaan kepada masyarakat.


"Ini merupakan contoh nyata sensitivitas sosial yang patut diapresiasi. Sikap rendah hati ini menunjukkan bahwa kritik publik bukanlah sesuatu yang harus dihindari, melainkan dijadikan bahan refleksi," ucap Ari.


Meski demikian, Ari menyebut publik masih menunggu penyelesaian sejumlah persoalan penting, termasuk penindakan terhadap.Red

×
Berita Terbaru Update